Temu Keluarga Hubungan Internasional Online Forum Alumni dan Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Indonesia |
|
| Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi | |
| | Author | Message |
---|
fahmi Admin
Number of posts : 268 Age : 38 Location : depok Registration date : 2008-08-25
| Subject: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi Tue Aug 26, 2008 2:35 pm | |
| Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi
Oleh: Emha Ainun Nadjib
Suatu kali Emha Ainun Nadjib ditodong pertanyaan beruntun. "Cak Nun," kata sang penanya, "misalnya pada waktu bersamaan tiba-tiba sampeyan menghadapi tiga pilihan, yang harus dipilih salah satu: pergi ke masjid untuk shalat Jumat, mengantar pacar berenang, atau mengantar tukang becak miskin ke rumah sakit akibat tabrak lari, mana yang sampeyan pilih?"
Cak Nun menjawab lantang, "Ya nolong orang kecelakaan."
"Tapi sampeyan kan dosa karena tidak sembahyang?" kejar si penanya.
"Ah, mosok Gusti Allah ndeso gitu," jawab Cak Nun.
"Kalau saya memilih shalat Jumat, itu namanya mau masuk surga tidak ngajak-ngajak, " katanya lagi. "Dan lagi belum tentu Tuhan memasukkan ke surga orang yang memperlakukan sembahyang sebagai credit point pribadi.
Bagi kita yang menjumpai orang yang saat itu juga harus ditolong, Tuhan tidak berada di mesjid, melainkan pada diri orang yang kecelakaan itu. Tuhan mengidentifikasikan dirinya pada sejumlah orang. Kata Tuhan: kalau engkau menolong orang sakit, Akulah yang sakit itu. Kalau engkau menegur orang yang kesepian, Akulah yang kesepian itu. Kalau engkau memberi makan orang kelaparan, Akulah yang kelaparan itu.
Seraya bertanya balik, Emha berujar, "Kira-kira Tuhan suka yang mana dari tiga orang ini. Pertama, orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, membangun masjid, tapi korupsi uang negara.
Kedua, orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran, menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan. Ketiga, orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang?"
Kalau saya, ucap Cak Nun, memilih orang yang ketiga. Kalau korupsi uang negara, itu namanya membangun neraka, bukan membangun masjid. Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya bukan membaca al-quran, tapi menginjak-injaknya. Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya tidak sembahyang, tapi menginjak Tuhan. Sedang orang yang suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang, itulah orang yang sesungguhnya sembahyang dan membaca al-quran.
Kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur lewat shalatnya. Standar kesalehan seseorang tidak melulu dilihat dari banyaknya dia hadir di kebaktian atau misa. Tolok ukur kesalehan hakikatnya adalah output sosialnya: kasih sayang sosial, sikap demokratis, cinta kasih, kemesraan dengan orang lain, memberi, membantu sesama. Idealnya, orang beragama itu mesti shalat, misa, atau ikut kebaktian, tetapi juga tidak korupsi dan memiliki perilaku yang santun dan berkasih sayang.
Agama adalah akhlak. Agama adalah perilaku. Agama adalah sikap. Semua agama tentu mengajarkan kesantunan, belas kasih, dan cinta kasih sesama. Bila kita cuma puasa, shalat, baca al-quran, pergi kebaktian, misa, datang ke pura, menurut saya, kita belum layak disebut orang yang beragama. Tetapi, bila saat bersamaan kita tidak mencuri uang negara, meyantuni fakir miskin, memberi makan anak-anak terlantar, hidup bersih, maka itulah orang beragama.
Ukuran keberagamaan seseorang sesungguhnya bukan dari kesalehan personalnya, melainkan diukur dari kesalehan sosialnya. Bukan kesalehan pribadi, tapi kesalehan sosial. Orang beragama adalah orang yang bisa menggembirakan tetangganya. Orang beragama ialah orang yang menghormati orang lain, meski beda agama. Orang yang punya solidaritas dan keprihatinan sosial pada kaum mustadh'afin (kaum tertindas). Juga tidak korupsi dan tidak mengambil yang bukan haknya. Karena itu, orang beragama mestinya memunculkan sikap dan jiwa sosial tinggi. Bukan orang-orang yang meratakan dahinya ke lantai masjid, sementara beberapa meter darinya, orang-orang miskin meronta kelaparan.
Ekstrinsik VS Intrinsik
Dalam sebuah hadis diceritakan, suatu ketika Nabi Muhammad SAW mendengar berita perihal seorang yang shalat di malam hari dan puasa di siang hari, tetapi menyakiti tetangganya dengan lisannya. Nabi Muhammad SAW menjawab singkat, "Ia di neraka." Hadis ini memperlihatkan kepada kita bahwa ibadah ritual saja belum cukup. Ibadah ritual mesti dibarengi ibadah sosial.
Pelaksanaan ibadah ritual yang tulus harus melahirkan kepedulian pada lingkungan sosial.
Hadis di atas juga ingin mengatakan, agama jangan dipakai sebagai tameng memperoleh kedudukan dan citra baik di hadapan orang lain. Hal ini sejalan dengan definisi keberagamaan dari Gordon W Allport. Allport, psikolog, membagi dua macam cara beragama: ekstrinsik dan intrinsik.
Yang ekstrinsik memandang agama sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan. Agama dimanfaatkan demikian rupa agar dia memperoleh status darinya. Ia puasa, misa, kebaktian, atau membaca kitab suci, bukan untuk meraih keberkahan Tuhan, melainkan supaya orang lain menghargai dirinya. Dia beragama demi status dan harga diri. Ajaran agama tidak menghujam ke dalam dirinya.
Yang kedua, yang intrinsik, adalah cara beragama yang memasukkan nilai-nilai agama ke dalam dirinya. Nilai dan ajaran agama terhujam jauh ke dalam jiwa penganutnya. Adanya internalisasi nilai spiritual keagamaan. Ibadah ritual bukan hanya praktik tanpa makna. Semua ibadah itu memiliki pengaruh dalam sikapnya sehari-hari. Baginya, agama adalah penghayatan batin kepada Tuhan. Cara beragama yang intrinsiklah yang mampu menciptakan lingkungan yang bersih dan penuh kasih sayang.
Keberagamaan ekstrinsik, cara beragama yang tidak tulus, melahirkan egoisme. Egoisme bertanggungjawab atas kegagalan manusia mencari kebahagiaan, kata Leo Tolstoy. Kebahagiaan tidak terletak pada kesenangan diri sendiri. Kebahagiaan terletak pada kebersamaan. Sebaliknya, cara beragama yang intrinsik menciptakan kebersamaan. Karena itu, menciptakan kebahagiaan dalam diri penganutnya dan lingkungan sosialnya. Ada penghayatan terhadap pelaksanaan ritual- ritual agama.
Cara beragama yang ekstrinsik menjadikan agama sebagai alat politis dan ekonomis. Sebuah sikap beragama yang memunculkan sikap hipokrit; kemunafikan. Syaikh Al Ghazali dan Sayid Quthb pernah berkata, kita ribut tentang bid'ah dalam shalat dan haji, tetapi dengan tenang melakukan bid'ah dalam urusan ekonomi dan politik. Kita puasa tetapi dengan tenang melakukan korupsi. Juga kekerasan, pencurian, dan penindasan.
Indonesia, sebuah negeri yang katanya agamis, merupakan negara penuh pertikaian. Majalah Newsweek edisi 9 Juli 2001 mencatat, Indonesia dengan 17.000 pulau ini menyimpan 1.000 titik api yang sewaktu-waktu siap menyala. Bila tidak dikelola, dengan mudah beralih menjadi bentuk kekerasan yang memakan korban. Peringatan Newsweek lima tahun lalu itu, rupanya mulai memperlihatkan kebenaran. Poso, Maluku, Papua Barat, Aceh menjadi contohnya. Ironis.
Jalaluddin Rakhmat, dalam Islam Alternatif , menulis betapa banyak umat Islam disibukkan dengan urusan ibadah mahdhah (ritual), tetapi mengabaikan kemiskinan, kebodohan, penyakit, kelaparan, kesengsaraan, dan kesulitan hidup yang diderita saudara-saudara mereka. Betapa banyak orang kaya Islam yang dengan khusuk meratakan dahinya di atas sajadah, sementara di sekitarnya tubuh-tubuh layu digerogoti penyakit dan kekurangan gizi.
Kita kerap melihat jutaan uang dihabiskan untuk upacara-upacara keagamaan, di saat ribuan anak di sudut-sudut negeri ini tidak dapat melanjutkan sekolah. Jutaan uang dihamburkan untuk membangun rumah ibadah yang megah, di saat ribuan orang tua masih harus menanggung beban mencari sesuap nasi. Jutaan uang dipakai untuk naik haji berulang kali, di saat ribuan orang sakit menggelepar menunggu maut karena tidak dapat membayar biaya rumah sakit. Secara ekstrinsik mereka beragama, tetapi secara intrinsik tidak beragama.
Sumber: Jalal Center | |
| | | e-nigma04 Vassal
Number of posts : 116 Age : 37 Location : in front of you Registration date : 2008-08-26
| Subject: Re: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi Wed Aug 27, 2008 4:09 am | |
| wah... subhanallah.... ada juga pencerahan di forum ini... | |
| | | bigbang Vassal
Number of posts : 144 Age : 38 Location : ..dimanapun ada internet.. Registration date : 2008-08-27
| Subject: Re: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi Wed Aug 27, 2008 9:16 am | |
| ..asal jangan sampe FPI bisa merazia forum2 aja.. | |
| | | dheelicious Special Ambassador
Number of posts : 19 Age : 38 Location : Jakarta Registration date : 2008-08-25
| Subject: Re: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi Thu Aug 28, 2008 4:23 am | |
| ihhhhhhhhhhhhhhhh......jadi gemes ama Emha...... | |
| | | fahmi Admin
Number of posts : 268 Age : 38 Location : depok Registration date : 2008-08-25
| Subject: Re: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi Thu Aug 28, 2008 8:30 am | |
| wew, gemes dia O.O. sama mimin gemes juga ga? *sory oot mumpung masi sepi forumnya | |
| | | fahmi Admin
Number of posts : 268 Age : 38 Location : depok Registration date : 2008-08-25
| Subject: Re: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi Thu Aug 28, 2008 10:12 am | |
| serius mode: on
karena belum sempet, sekarang gw mo nanggepin sedikit tulisan diatas.
gw kurang lebih setuju dengan tulisan diatas. bahkan sebelum baca tulisan itu gw sering berpikir sendiri hal yang kurang lebih sama. gw sering liat orang melakukan ibadah hanya sebagai ritual belaka, melaksanakan simbol - simbol keagamaan tanpa tahu makna sebenarnya.
gw pernah tanya seseorang, yang kebetulan mengaku umat muslim, gw tanya, kenapa lu solat? kenapa kok gerakan-gerakan solat lu kaya gitu? kenapa bacaannya itu? lu ngerti ga bacaan waktu lu solat? selain waktu solat lu berkomunikasi ga dengan tuhan?
intinya, dari berbagai jawabannya, gw liat dia melakukan ritual solatnya hanya karena itu yang dilakukan orang2 terdekatnya. dia ga tau kenapa kok solat harus gitu, kenapa solat waktunya jam2 tertentu, kenapa kok solat gerakan2nya kaya gitu, arti dari ayat2 yang dia ucapkan tiap solat juga kaga ngerti. dari situ terlihat bahwa ibadah yang dilakukannya kehilangan esensinya.
menurut gw, beribadah seperti itu beda dengan berolahraga. kalo olahraga fisik, terserah lu ngerti apa kaga apa gerakan2 yang lu lakukan, manfaatnya bisa lu dapetin. pokoknya sama instruktur lu disuru angkat barbel, ngerti apa kaga, sadar apa kaga, otot lu bakalan gede.
beda dengan beribadah, misalnya dalam kasus solat bagi umat muslim, sesering apapun lu jungkir balik solat kalo lu ga memahami apa yang lakukan bakalan jadi meaningless. bacaan solat lu salah, artinya jadi ancur lebur, kalo ga ngerti juga lu ga bakalan tau. again, doa lu jadi meaningless.
gw ngerti bahwa tujuan digunakannya bahasa arab waktu solat adalah agar terjadi keseragaman, dan tidak semua bahasa di dunia ini bakal bisa secara benar mengartikan ayat2 solat. namun, sama aja boong kalo lu ga ngerti bahasa arab itu. mending dirubah jadi bahasa indonesia, salah2 dikit gapapa, asal maksudnya ga jauh melenceng.
coba renungkan lagi, semua ibadah yang pernah kita lakukan, apapun agama kita, misa natal, potong kambing lebaran, sembahyang ke pura, atau ibadah apapun yang kita lakukan, do you really understand what are you doing? | |
| | | deky.hutomo Vassal
Number of posts : 249 Age : 36 Location : Fat is beautiful Registration date : 2008-08-26
| Subject: Re: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi Thu Aug 28, 2008 4:03 pm | |
| - fahmi wrote:
gw tanya, kenapa lu solat? kenapa kok gerakan-gerakan solat lu kaya gitu? kenapa bacaannya itu? lu ngerti ga bacaan waktu lu solat? selain waktu solat lu berkomunikasi ga dengan tuhan?
Sekalian dikasih tau jawabannya dong, gw juga gak tau nih. KTP gw sih Islam, tapi tiap sebelum mukul bola golf gw secara spontan bikin tanda salib, kebiasaan SMP sih. | |
| | | fahmi Admin
Number of posts : 268 Age : 38 Location : depok Registration date : 2008-08-25
| Subject: Re: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi Thu Aug 28, 2008 7:23 pm | |
| kebanyakan dia bilang ga taw. bahkan dia setelah gw tanya-tanyain baru nyadar bahwa dia selama ini cuman kaya robot waktu solat, membaca bacaan2 yang dia ga ngerti, gerakan2 yang disuru gitu ya dia ikut aja.
sebenernya itu semua bisa diatasi dengan mempelajari agama lebih dalam, nanya2 ke ustad, baca alquran, tapi gw rasa masih jarang diantara kita yang melakukan itu.
juz my opinion | |
| | | tsugaeda Special Ambassador
Number of posts : 57 Age : 37 Registration date : 2008-08-26
| Subject: Re: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi Sat Aug 30, 2008 8:06 am | |
| - fahmi wrote:
- kebanyakan dia bilang ga taw. bahkan dia setelah gw tanya-tanyain baru nyadar bahwa dia selama ini cuman kaya robot waktu solat, membaca bacaan2 yang dia ga ngerti, gerakan2 yang disuru gitu ya dia ikut aja.
sebenernya itu semua bisa diatasi dengan mempelajari agama lebih dalam, nanya2 ke ustad, baca alquran, tapi gw rasa masih jarang diantara kita yang melakukan itu.
juz my opinion "Dia" itu siapa gan? Mohon dicerahkan secerah-cerahnya | |
| | | fahmi Admin
Number of posts : 268 Age : 38 Location : depok Registration date : 2008-08-25
| Subject: Re: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi Sat Aug 30, 2008 10:33 am | |
| adalah temen...ga etis kalo disebutin disini, kalo pada ga kenal sih gapapa. tapi karena som of you kenal jadi kita sebut saja dia dengan nick "ipul" | |
| | | Sponsored content
| Subject: Re: Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi | |
| |
| | | | Gusti Allah Tidak "Ndeso" Beragama yang Tidak Korupsi | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | You cannot reply to topics in this forum
| |
| |
| |
|